Biro Peradilan Agama, Jakarta, 18. Februari 1958. JAKARTA
SURAT - EDARAN KEPALA BIRO PERADILAN AGAMA
Berhubung dengan erlakunya Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1957, tentang pembentukan
Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah didaerah luar Jawa dan Madura, maka untuk kelancaran jalannya tugas kewajiban Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah, bersama ini kami instruksikan sebagai berikut:
A. Batas-batas kekuasaan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah.
(1) Perkara-perkara yang termasuk kekuasaan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyahdapat diperinci sebagai berikut:
a. perselisihan antara suami-isteri yang beragama Islam dalam soal-soal nafaqah, nafaqah 'iddah, mut'ah, kiswah dan maskan;
b. perkara-perkara tentang hukum nikah, talaq, ruju' dan perceraian antara orang-orang yang beragama Islam yang memerlukan perantaraan Hukum Agama; c. memberi keputusan cerai dengan fasach atau lainnya;
d. mengesahkan berlakunya ta'liq-talaq; e. perkara maskawin (mahar); f. memetapkan hak pemeliharaan atas anak-anak yang belum dewasa; g. perkara waris-malwaris;
h. perselisihan tentang hukum waqaf, hibah dan sadaqah; i. perselisihan tentang baitulmal.
(2) Dalam memeriksa dan memutuskan perkara-perkara tersebut pada a sampai dengan e ayat (1)
diatas, Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah berpedoman pada yurisprudensi dari pelaksanaan pasal 2 a dari Stbld 1882 No. 132 jo Stbl. 1937 No. 116 dan 610 tentang hak dan kekuasaan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura.
(3) Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah memeriksa dan memutuskan perkara perselisihan
tentang hak pemeliharaan atas anak yang belum dewasa (mumayyiz) yakni menetapkan siapa di antara bekas suami-isteri yang harus memelihara anak-anaknya (Tidak mengenai besar kecilnya nafaqah anak).
(4) Perkara waris mal waris yang tidak dapat diselesaikan secara damai oleh masing-masing yang
bersangkutan, selai dari apa yang termaksud dalam ayat (7) dibawah ini, diperiksa dan diputuskan oleh Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dengan: 1" menetapkan siapa-siapa yang menjadi waris yang sah; 2" menetapkan bagian mal-waris bagi masing-masing yang berhak;
(5) Jika ada permintahan untuk pengesahan pembagian mal-waris menurut ketentuan faraid, maka
Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah harus memeriksa lebih dahulu apakah masing-masing yang bersangkutan adalah waris yang sah atau tidak dan apakah tidak adalain waris.
(6) Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dapat menguatkan suatu pembagian mal-waris yang
telah disetujui secara damai oleh waris yang bersangkutan setelah ternyata bahwa semua waris yang berhak tidak ketinggalan.
(7) Perselisihan tentang apakah harta-benda yang diwariskan itu benar-benar menjadi milik dari
yang meninggal dunia, baik untuk sebagian atau seluruhnya, adalah termasuk kekuasaan Pengadilan Sipil untuk memeriksa dan memutuskannya.
(8) Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah memeriksa dan memutuskan perkara perselisihan hukum waqaf, hibah dan sadaqah.
(9) Hakim Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dapat menguatkan suatu pernyataan pemberian waqaf, hibah dan sadaqah.
(10) Kekuasaan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dalam perkara baitulmal ialah:
1" memeriksa dan memutuskan perselisihan tentang hukum dari harta-benda, baik yang bergerak maupun tidak bergerak yang dianggap sebagai milik baitulmal;
2" menetapkan harta mal-waris yang tidak ada warisnya dan atau bagian mal-waris yang diperuntukkan baitulmal;
3" menetapkan bagian zakat yang diperuntukkan baitulmal, apabila asnaf-asnaf (orang yang berhak menerima zakat) tidak lengkap.
B. Materi hukum yang dipergunakan dalam memutuskan perkara.
Untuk mendapatkan kesatuan hukum dalam memeriksa dan memutuskan perkara, maka para
Hakim Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dianjurkan agar mempergunakan sebagai pedoman kitab-kitab tersebut dibawah ini:
1. Albadjuri. 2. Fatchulmu'in. 3. Sjarqowi 'ala 'tThahrir. 4. Quljubi/mahalli.
5. Fatchulwahhab dengan syarahnya. 6. Tuchfah. 7. Targhibul Musjtaq. 8. Qowanin 'Ssjar'iyah li 'Ssajid Uthman bin Jahja.
9. Qowanin 'Ssjar'iyah li 'Ssajid Sadaqah Dachlan. 10. Sjamsuri fi 'lfaradil. 11. Baghjatul Mustarsjidin. 12. Mughnil Muchtadj.
C. Penyelenggaraan Tata-usaha dan Kepaniteraan.
(1) Penyelenggaraan Tata-usaha dan Kepaniteraan pada Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah
dilaksanakan sesuai dengan maksud Penetapan Mentri Agama No. 41 tahun '52, pada Bab II dan III tentang peperincian tugas dan pembagian pekerjaan pada Mahkamah Islam Tinggi dan Pengadilan Agama.
(2) Untuk code-code surat-menyurat berlaku Instruksi Kepala Biro Peradilan Agama tertanggal 5 Januari 1955 No. Aa/4/75.
(3) Untuk contoh-contoh surat-keputusan, laporan bulanan dsb. yang harus digunakan oleh
Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah, maka hedaklah berpedoman pada Instruksi-instruksi: tanggal 30 Nopember 1954 No. A/I/1/145/54 tanggal 4 Des. 1954 No. A/I/1/149/54, dan
tanggal 8 Desember 1954 No. A/I/1/150/54, dengan tambahan dan perobahan seperlunya.
D. Sidang keliling dan perjalanan dinas.
(1) Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dapat mengadakan sidang-sidangnya diluar tempat
kedudukannya, dengan ketentuan bahwa dan tempat sidang keliling itu ditentukan sebelumnya oleh Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah Propinsi dengan mempertimbangkan jauhnya jarak serta
jumlah perkara yang diterima untuk tempat itu atas persetujuan dari Biro Pengadilan Agama.
(2) Perintah perjalanan dinas untuk sidang keliling bagi Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah
Syar'iyah diberikan oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah Propinsi.
(3) Perintah perjalanan dinas untuk sidang keliling bagi Anggauta dan Panitera diberikan oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah yang bersangkutan.
(4) Perintah perjalanan dinas untuk keperluan lain harus mendapat persetujuan oleh Biro Peradilan
Agama terlebih dahulu, mengingat Penetapan Menteri Agama No. 21 tahun '55.
(5) Semua pertanggung-jawab daftar ongkos perjalanan dilegalisir oleh Biro Peradilan Agama.
E. Bandingan
Pelaksanaan permohonan bandingan bagi keputusan-keputusan Pengadilan Agama / Mahkamah
Syar'iyah untuk sebagian dapat berpedoman pada surat-edaran Mahkamah Islam Tinggi tertanggal 8 November 1938 No. A/6/267 dan tanggal 8 Mei 1939 No. A/6/168 dengan perobahan dan penambahan seperlunya.
Demikianlah.
Tembusan kepada: 1. Kementerian Agama R.I. 2. Jawatan Urusan Agama. 3. Jawatan Pendidikan Agama. 4. Jawatan Penerangan Agama. 5. Semua Kantor Urusan Agama Propinsi diluar Jawa dan Madura. 6. Semua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah Propinsi. 7. Mahkamah Islam Tinggi. 8. Kerapatan Qadi Besar.
Quelle: Jafizham, T., Himpunan Undang-Undang Perkawinan, Pendaftaran dan Peradilan Agama/Umum. Medan 1979 S. 181-187.
|